Emas adalah mineral logam mulia yang merupakan salah satu komoditas pertambangan yang utama. Pembentukannya berhubungan dengan naiknya larutan sisa magma ke atas permukaan yang dikenal dengan istilah larutan hydrothermal. Pergerakan larutan hydrothermal di kontrol oleh zona lemah yang membentuk rongga sehingga memungkinkan larutan hydrothermal tersebut bermigrasi dan kemudian terakumulasi membentuk suatu endapan yang terletak di bawah permukaan. Endapan emas sistem epithermal merupakan endapan hydrothermal yang terjadi pada kedalaman relatif dangkal dan dalam suhu relatif rendah. Endapan emas epithermal bentuknya beranekaragam dari vein (urat-urat) kuarsa yang kecil sampai endapan emas yang tersebar dan terlokalisir dalam berbagai lingkungan geologi[1].
Desa Tutugan merupakan daerah prospek karena memiliki indikasi mineralisasi emas. Berdasarkan informasi geologi, alterasi argilic yang senantiasa berasosiasi dengan mineral emas telah ditemukan berupa outcrops di permukaan[2]. Namun, outcrops yang ditemukan sangat tipis sehingga belum dapat ditentukan lokasi sesar-sesar atau urat kuarsa[3]. Hal ini menyebabkan diperlukan penyelidikan geofisika.
Survei geofisika telah lama digunakan dalam kegiatan eksplorasi emas. Mineral emas secara umum memiliki perbedaan sifat kemagnetan pada batuan. Metode magnetik adalah metode geofisika yang dapat memberikan informasi tentang jalur-jalur mineralisasi bawah permukaan[4]. Penggunaan metode magnetik pada eksplorasi geofisika didasarkan pada perbedaan sifat kemagnetan pada masing-masing batuan. Perbedaan ini dipengaruhi oleh karakteristik fisik dari batuan tersebut, besar nilai intensitas dan arah induksi dari medan magnet total yang bekerja ketika batuan tersebut termagnetisasi[5]. Selain itu, metode magnetik mampu memberikan gambaran mengenai daerah yang teralterasi akibat proses kenaikan larutan hydrothermal yang menyebabkan hilangnya sifat kemagnetan batuan [6].
0 komentar:
Posting Komentar